STRATIGRAFI ENDAPAN PIROKLASTIK
HASIL LETUSAN TAHUN 2010 DI SUNGAI GENDOL, GUNUNG MERAPI, YOGYAKARTA
REFERAT
Oleh:
Gempar
Gumyadi
12010016
Makalah
ini adalah makalah referat yang bertujuan untuk latihan presentasi yang
bersumber dari “Proceedings PIT IAGI Yogyakarta 2012 , The 41st IAGI Annual
Convention and Exhibition halaman 10-11 dengan judul Sratigraphy
of The 2010 Pyroclastic Deposits at Gendol River, Merapi Volcano, Yogyakarta
karya Dewi S. Sayudi, S. Bronto, M. Muzani dan Radtya Putra” . Sehingga buah pikiran yang dituangkan dalam makalah ini
hampir seluruhnya merupakan buah pikiran sumber atau referensi.
PROGRAM
STUDI TEKNIK GEOLOGI
FITB-ITB
ABSTRAK
Pada
akhir Oktober dan awal November 2010, letusan Gunung Merapi di Indonesia
memproduksi abu, lahar, dan aliran piroklastik. Gunung berapi juga melepas
belerang dioksida, gas berwarna yang dapat membahayakan kesehatan manusia
dan iklim sejuk bumi. Aliran piroklastik pertama terjadi pada 26 Oktober yang mengalir ke
sungai Gendol sejauh 7 km dari pusat letusan. Kemudian pada tanggal 3 November,
aliran piroklastik terjadi lagi dan mengalir sampai 9 km. Aliran piroklastik
yang paling luas terjadi pada tanggal 4 dan 5 November yang mencapai 15 km. Pada
saat letusan, kolom erupsi roboh dan menyebabkan terbentuknya lubang yang
membuka ke arah selatan, kemudian material piroklastik jatuh ke sungai Gendol.
Diantara endapan piroklastik aliran, teramati juga dua lapisan endapan pyroclastic surge, tetapi tidak teramati adanya endapan piroklastik jatuhan
berupa debu volkanik karena pada saat erupsi arah angin menuju barat, sehingga
debu volkanik jatuh di lereng gunung bagian barat.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin.
Mahasuci Allah atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan studi
literatur Stratigrafi Endapan Piroklastik
Hasil Letusan Tahun 2010 di Sungai Gendol, Gunung Merapi, Yogyakarta. Makalah ini disusun sebagai syarat kelulusan Mata
Kuliah Referat I (Indonesia).
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran penulisan,
penyusunan dan pembuatan makalah ini mulai dari tahap pengumpulan data
hingga pencetakan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada dosen mata kuliah Referat I (Indonesia) , yaitu Bapak Budi
Brahmantyo, Ibu Niniek Rina Herdianita, Bapak Aswan, dan Bapak Bambang Priadi yang membimbing dan
memberi arahan kepada penulis dalam mengikuti perkuliahan dan
memahami Referat I serta semua pihak yang tak mungkin penulis sebutkan satu per
satu yang telah membantu kelancaran pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa studi
literatur ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan
kritik yang
membangun dari pembaca agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan
semakin baik untuk selanjutnya.
Akhir kata, penulis berharap agar studi
literatur ini dapat bermanfaat dan memberikan pengayaan ilmu bagi segenap pembaca. Terima kasih.
Bandung, 7 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1 Latar
Belakang........................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan
dan Sasaran................................................................................. 2
1.4
Metode Pengumpulan Data.................................................................... 2
1.5
Sistematika Penulisan.............................................................................. 2
BAB II TEORI DASAR.................................................................................. 3
2.1 Batuan
Piroklastik................................................................................... 3
2.2 Tipe
Erupsi Gunung Api......................................................................... 4
2.3 Tipe
Gunung Api.................................................................................... 5
BAB III ERUPSI GUNUNG MERAPI.......................................................... 7
3.1Tipologi
Erupsi......................................................................................... 7
3.2 Statistik
Erupsi Gunung Merapi.............................................................. 7
BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 9
4.1 Kronologi Erupsi Tahun 2010.................................................................. 9
4.2 Stratigrafi Endapan Piroklastik di
Sungai Gendol................................. 10
4.3 Bahaya Erupsi........................................................................................ 12
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 15
LAMPIRAN................................................................................................... 16
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bentuk gunung api............................................................................... 6
Gambar 2. Statistik erupsi
Gunung Merapi antara 1768 – 2010............................ 8
Gambar 3. Citra
satelit sekitar Gunung Merapi..................................................... 9
Gambar 4. Sungai
Gendol 29 Oktober 2010....................................................... 12
Gambar 5. Sungai
Gendol 14 November 2010.................................................... 12
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ekuivalensi
indeks letusan....................................................................... 7
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gunung
Merapi merupakan salah satu gunung api yang
dianggap paling aktif dan paling berbahaya di Indonesa,
aktivitas dari Gunung Merapi acapkali menelan beberapa korban jiwa dan membumihanguskan infrastruktur
di daerah setempat. Hal ini salah satunya tidak bisa
terlepas karena kurangnya kewaspadaan akan mitigasi bencana alam. Untuk
menigkatkaan kewaspadaan dan kesigapan terhadap
aktivitas Gunung Merapi, tentunya harus disertai dengan penelitian yang
intensif terhadap aktivitas Gunung Merapi tersebut, dengan maksud agar dapat
mempelajari pola erupsi yang sering terjadi beserta besarnya bahaya yang akan
dihasilkannya. Jika hal itu terlaksana, maka akan mempermudah
untuk membuat rencana dalam upaya menghindari bahaya atau resiko yang akan
diterima. Salah
satu subjek penting yang harus dipelajari untuk mendukung
penelitian tersebut adalah stratigrafi dari endapan piroklastiknya.
Oleh karena itu, penulis mengangkat tema ini
karena mengingat pentingnya meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana gunung
api, khususnya Gunung Merapi yang menjadi objek pembelajaran kali ini.
1.2
Rumusan
Masalah
Makalah
referat ini akan membahas beberapa masalah, yaitu:
► Kronologi
Erupsi Gunung Merapi tahun 2010;
► Stratigrafi endapan piroklastik di Sungai Gendol hasil
letusan Gunung Merapi tahun 2010;
► Bahaya
yang ditimbulkan;
1.3
Tujuan
► Untuk
mengetahui kronologi erupsi Gunung Merapi tahun 2010.
► Untuk mengetahui Stratigrafi endapan piroklastik di Sungai
Gendol hasil letusan Gunung Merapi tahun 2010.
► Untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan akibat erupsi tahun
2010.
1.4
Metode
Pengumpulan Data
Penyusunan makalah ini menggunakan
metode studi literatur. Makalah dengan judul
“Stratigrafi Endapan Piroklastik Hasil Letusan Tahun
2010 Di Sungai Gendol, Gunung Merapi, Yogyakarta”
ini menggunakan referensi utama dari jurnal yang berjudul “Stratigraphy Of The 2010 Pyroclastic Deposits
At Gendol River Merapi Volcano Yogyakarta”.
Jurnal tersebut disusun oleh Dewi S.
Sayudi, S. Bronto,
M. Muzani dan Raditya Putra. Referensi utama ini
dimuat dalam Proceeding PIT IAGI
Yogyakarta 2012, The 41th IAGI Annual Convention and Exhibition November 2012 : 10-11.
Penulis juga menggunakan beberapa literatur lainnya untuk mendukung makalah ini.
1.5
Sistematika
Penulisan
Penulisan
makalah referat ini terbagi atas lima bab. Bab pertama merupakan bab
pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan,
metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan. Bab kedua berisi tentang
teori dasar yang mendukung isi makalah referat ini, bab ini terdiri dari 3 sub-bab yaitu batuan piroklastik, tipe erupsi gunung api dan
tipe gunung api. Bab ketiga
yaitu erupsi Gunung Merapi yang
terdiri atas Tipologi Erupsi dan Statistik Erupsi
Gunung Merapi. Bab keempat adalah pembahasan, berisi Kronologi Erupsi Tahun 2010, Stratigrafi Endapan Piroklastik di Sungai Gendol,
dan Bahaya Erupsi. Bab lima yaitu kesimpulan dari
isi makalah ini.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Batuan
Piroklastik
Batuan piroklastik adalah batuan volkanik yang bertekstur klastik yang
dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api,
dengan material asal yang berbeda, dimana material penyusun tersebut
terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi (“rewarking”) oleh air atau es. (William,
1982; dalam Endarto 2005). Menurut kejadiannya, endapan piroklastik dibedakan
menjadi beberapa jenis (Endarto, 2005), yaitu:
1. Endapan Piroklastik Jatuhan
Endapan piroklastik
jatuhan merupakan onggokan piroklastik yang diendapkan melalui udara. Endapan
ini dihasilkan dari letusan eksplosif yang melemparkan
material-material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah
dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan ukuran
butir menghalus secara sistimatis menjauhi pusat erupsi, sebaran mengikuti
topografi, pemilahannya baik, struktur gradded
bedding normal & reverse,
komposisi pumis, scoria, abu, sedikit
lapili dan fragmen litik, komposisi pumis lebih besar daripada litik.
2.
Endapan
Piroklastik Aliran
Endapan piroklastik aliran dihasilkan
dari pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik
yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan yang panas) yang
dihasilkan oleh erupsi volkanik, material vulkanik ini tertransportasi jauh
dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan
grading normal fragmen litik dan butiran litik yang padat, yang semakin
berkurang menjauhi pusat erupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran
tidak merata dan menebal di bagian lembah.
Penyebaran dan bentuk endapan piroklastik aliran sangat dipengaruhi oleh
morfologi asal, sebab sifat dari endapan tersebut adalah menutup dan mengisi
cekungan. Bagian bawah endapan akan memperlihatkan bentuk morfologi asal,
sedang bagian atasnya umumnya datar. Endapan tersebut akan menyebar membentuk
cuping kipar (fan-like lobes) pada
lereng gunung api, sebagaimana halnya dengan penyebaran lahar. Endapan piroklastik
aliran terdiri dari keratin batuan, batu apung, Kristal dan gelas (glass shard) dalam jumlah yang beragam,
bergantung pada komposisi magmanya dan sejarah pembentukannya. Pada beberapa
endapan, keratan batuan dan Kristal berupa batuan asing (xenolith). Endapan tersebut, baik yang disebabkan oleh letusan
maupun guguran kubah atau aliran lava, akan terdiri dari bahan-bahan yang tak
berongga (non-vesiculer) hingga
batuan yang berongga sebagian atau seluruhnya (Fisher & Schmincke, 1984;
dalam Endarto, 2005).
3.
Endapan Pyroclastic Surge
Endapan pyroclastic surge merupakan suatu awan campuran dari bahan padat
dan gas (uap air) yang mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan
kecepatan tinggi secara turbulen di atas permukaan. Umumnya endapan ini
mempunyai pemilahan yang baik, berbutir halus dan berlapis baik, mempunyai
struktur pengendapan primer seperti laminasi dan perlapisan bergelombang hingga
planar. Yang paling khas endapan ini adalah mempunyai struktur silang siur,
melensa dan bersudut kecil.
2.2 Tipe Erupsi
Gunung Api
Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi
dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunung
api dibagi menjadi beberapa tipe erupsi (Volcanological Survey of Indonesia):
(1) Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltik atau mendekati
basalt, umumnya berupa semburan lava pijar dan
sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan
sederhana; (2) Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa
semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api
sering aktif di tepi benua atau di tengah benua; (3) Tipe Plinian, merupakan
erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam,
komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik. Material yang dierupsikan
berupa batu apung dalam jumlah besar; (4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif
dari magma asam/riolitik dari gunung api strato, tahap erupsi efusifnya
menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan
pembentukan ignimbrit; (5) Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif
menghasilkan endapan batu apung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa; (6)
Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltik sampai dasit,
umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering
disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang
dierupsikan tidak selalu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan
samping berupa litik; (7) Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe
tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunung api, gunung api bawah
laut atau gunung api yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi
antara magma basaltik dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya
disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi
magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.
2.3 Tipe
Gunung Api
Berdasarkan
bentuknya, gunung api diklasifikasikan menjadi beberapa tipe, yaitu:
1.
Kerucut Piroklastika
Kerucut gunung api yang tersusun atas material
piroklastika (bahan-bahan lepas gunung api) berupa bom, lapili, dan abu gunung
api. Pada umumnya bentuk gunung api ini memiliki kawah di bagian puncak dan
tubuh gunung api tidak terlalu tinggi karena endapan piroklastika yang masih
lepas dan mudah tererosi.
2.
Maar
Gunung api berbentuk kerucut terpancung
yang memiliki kawah berbentuk mangkuk dengan lebar kawah relatif lebih besar
dibandingkan tinggi kawah. Pada umumnya gunung api ini memiliki lereng relatif
landai dan kawah yang terisi air membentuk danau kawah. Maar yang terkenal di
Indonesia terdapat di G. Lamongan, Jawa Timur.
3.
Gunung Api Kaldera
Suatu gunung api berbentuk kerucut terpancung,
dengan lebar kawah berdiameter lebih dari 2 km yang terbentuk sebagai akibat
erupsi eksplosi yang dahsyat.
4.
Kubah Lava
Tonjolan batuan lava berbentuk
membundar dengan kemiringan lereng relatif sama ke segala arah, yang terbentuk
akibat penerobosan magma ke permukaan bumi. Pada umumnya kubah lava terbentuk
dari lava yang sangat kental. Besar dan luasnya tergantung pada volume lava dan
sifat kekentalan.
5.
Gunung Api Perisai
Gunung api yang tersusun atas
perlapisan aliran lava yang sangat encer sebagai hasil erupsi yang berulang.
Biasanya bentuk gunung api ini memiliki lereng yang landai. Jarang dijumpai di
Indonesia , tetapi sangat umum dijumpai di Kepulauan Hawaii.
6.
Gunung Api Strato atau Campuran
Gunung api berbentuk kerucut atau
kerucut terpancung yang tersusun atas perlapisan atau perselingan antara aliran
lava dan endapan piroklastika. Bentuk gunung api ini sangat umum dijumpai di
Indonesia.
Berikut
adalah gambar dari tipe-tipe gunung api berdasarkan bentuknya.
Gambar 1. Bentuk gunung api.
BAB
III
ERUPSI GUNUNG MERAPI
3.1
Tipologi Erupsi
Telah banyak kajian tentang tipologi
erupsi Gunung Merapi. Berdasarkan kejadian erupsi yang pernah terjadi, tipe erupsi
Merapi ternyata bervariasi sehingga tidak bisa diklasifikasikan ke dalam satu
tipe erupsi saja. Berdasarkan keragaman erupsi yang pernah terjadi, Hartmann
membuat klasifikasi erupsi Merapi menjadi 4 tipe yaitu tipe A, tipe B, tipe C
dan tipe D (Subandriyo, - ).
Berturut-turut berkaitan dengan kualitas letusan yang makin besar, dimana
kualitas letusan ditentukan oleh kandungan gas di dalam magma meskipun
dijelaskan secara kuantitatif. Para ahli
gunung api menyusun kriteria besaran letusan secara
lebih kuantitatif berdasarkan jumlah meterial dikeluarkan dan ketinggian kolom
letusan yang dinamakan VEI
dengan skala 0 – 8.
Tabel
1. Ekuivalensi indeks letusan dengan
tinggi kolom dan volume material (USGS)
3.2
Statistik Erupsi
Gunung
Merapi
Merapi termasuk Gunung
api yang
paling sering meletus. Memasuki abad 16 kegiatan Merapi mulai tercatat cukup
baik. Pada masa ini terlihat bahwa waktu istirahat terpanjang pernah dicapai
selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 sampai dengan tahun 1658.
Kemudian sejarah letusan Gunung Merapi mulai tercatat cukup baik sejak tahun
1768. Namun demikian sejarah letusan yang lebih rinci dan kronologis baru
dimulai pada akhir abad ke-19.
Pada periode
Merapi modern telah terjadi beberapa kali letusan besar yaitu abad ke-19 (tahun
1822, 1849, 1872) dan abad ke-20 yaitu 1930-1931. Erupsi abad ke-19 jauh lebih
besar dari letusan abad ke-20, dimana awan panas mencapai 20 km dari puncak.
Aktivitas Merapi pada abad ke-20 terjadi minimal 28 kali letusan, dimana letusan
terbesar terjadi pada tahun 1931.
Berikut
adalah statistik erupsi Gunung Merapi antara 1768-2010 yang menunjukkan grafik
indeks letusan terhadap waktu dan grafik selang waktu terhadap waktu kejadian.
Gambar
2. Statistik erupsi Gunung Merapi antara 1768 – 2010. Gambar atas grafik indeks
letusan VEI terhadap waktu, sedangkan gambar bawah grafik selang waktu erupsi
terhadap tahun kejadian, dimana selang waktu rata-rata.
Sampai tahun
2010, sudah tercatat 84 kali kejadian. Selang waktu letusan berkisar antara 1 –
18 tahun, dengan rata-rata 4 tahun. Apabila dikaitkan dengan indeks letusannya
terjadi bisa dibuat kriteria sebagai berikut :
Letusan dengan VEI 1-2, rata-rata
terjadi setiap 4 tahun
Letusan dengan VEI 3, berpeluang terjadi
setiap 10 – 30 tahun
Letusan dengan VEI 4, berpeluang terjadi
setiap 100 – 200 tahun
Letusan dengan VEI 5, berpeluang
terjadi setiap 250 – 500 tahun
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Kronologi Erupsi Tahun 2010
Erupsi letusan Gunung Merapi tahun 2010 terjadi dalam beberapa hari,
dimulai pada tanggal 26 dan 30 Oktober, dilanjutkan erupsi hebat pada 3, 4 dan
5 November 2010. Kejadian erupsi Gunung api Merapi
tanggal 26 November 2010 adalah siklus 100 tahunan erupsi Merapi yang merupakan
siklus yang memiliki erupsi besar dengan luncuran awan panas mencapai 18 km
yang melalui alur Kali Gendol (BPPTK, 2011; dalam Petrasawacana, 2011). Pada 26
Oktober 2010 letusan volkanik melontarkan seluruh material lava dome di kawah, dan sebagai hasilnya
material piroklastik jatuh sejauh 7 km di Sungai Gendol. Letusan pada 3
November membentuk aliran piroklastik dari 11:11 sampai 15:00 LT dengan
jangkauan maksimum 9 km dari puncak. Akhirnya, letusan pada 4 dan 5 November,
aliran piroklastik dan pyroclastic surge menyapu
desa-desa di sekitar Sungai Gendol dengan jangkauan 15 km dari puncak. Berikut
adalah citra satelit yang menunjukkan aliran piroklastik di sekitar Gunung
Merapi yang diambil pada tanggal 15 November 2010.
Gambar 3. Citra satelit sekitar Gunung Merapi.
4.2
Stratigrafi
Endapan Piroklastik di Sungai Gendol
Berdasarkan pengamatan di lapangan, di lereng Sungai
Gendol ditemukan 4 sikuen piroklastik aliran dan 2 sikuen endapan pyroclastic surge.
Beberapa bagian dari endapan piroklastik itu telah
tererosi dan terlapisi oleh endapan lahar. Ketebalan endapan piroklastik aliran
bervariasi mulai dari 2 m sampai 10 m. sedangkan endapan pyroclastic surge hanya sekitar 50 cm. Karakter dari endapan
piroklastik aliran yaitu abu-abu terang sampai coklat susu, tidak mempunyai
struktur, pemilahan buruk, matrix
supported, masih bersifat material lepas. Umumnya, blocks volkanik dalam endapan piroklastik aliran memperlihatkan matrix supported, namun beberapa
diantaranya ada yang grain supported.
Arang kayu ditemukan di beberapa tempat. Endapan pyroclastic surge mempunyi warna abu-abu terang, masih bersifat
material lepas dengan ukuran butir debu-lapili baik, teramati struktur sedimen
seperti cross beds, lapisan
bergelombang dan laminasi.
Berdasarkan sifat dan karakteristiknya, endapan
piroklastik aliran hasil erupsi Gunung Merapi dibagi menjadi 2 (Petrasawacana,
2011), yaitu:
1. Endapan
piroklastik aliran dengan dominasi fragmen berukuran > 2 meter
Endapan
ini mengisi sebagian besar sisi hulu Sungai Gendol radius < 8 km dari
pusat erupsi. Pada umumnya berwarna abu-abu – merah kecoklatan, sifat
material belum terdekomposisikan masih bersifat material lepas tanpa pengikat.
Bentuk fragmen subangular – angular, tersortasi buruk, kemas terbuka, memiliki
jarak antar fragmen antara 1 – 2 meter, dengan ketebalan endapan 2 – 5 meter
disisi lereng dan 20 – 100 meter di dalam lembah alur sungai. Matrik yang belum
terdekomposisi berupa andesit, lapili, dan abu halus, berukuran lempung –
kerakal (< 1/256 mm – 256 mm) yang didominasi oleh material pasir
vulkanik. Penyebaran di sebelah barat sisi Sungai Gendol dengan radius
350 meter sampai ke Dusun Kaliadem bagian utara, dan sebagian masuk ke hulu Sungai
Opak. Penyebaran di sisi sebelah timur dengan radius 150 meter sampai ke
Dusun Singlor dan Dusun Glagah Malang. Endapan ini terbentuk pada kelerengan
curam – sangat curam dengan kemiringan lereng lebih dari 45 %, pada morfologi
kerucut aktif vulkanik – lereng tengah dengan kondisi sungai yang membentuk
lembah U dan V. Distribusi endapannya dipengaruhi oleh alur sungai yang
dilewati guguran kubah lava, pada lembah-lembah yang memiliki pembelokan sungai
yang tajam terjadi lompatan piroklastik akibat adanya tekanan luncuran
pada saat kondisi panas.
2. Endapan
piroklastik aliran dengan dominasi fragmen bongkah berukuran < 2
meter
Endapan
ini mengisi sebagian kecil sisi hulu, sebagian besar sisi bagian tengah dan
sisi bagian bawah Sungai Gendol pada radius 8 – 18 km dari pusat erupsi. Pada
umumnya berwarna abu-abu cerah – coklat kehitaman, sifat material belum
terdekomposisikan, masih bersifat material lepas tanpa pengikat. Bentuk fragmen
subangular – angular, tersortasi buruk, kemas terbuka, memiliki jarak antar fragmen
antara 0,5 – 2 meter, dengan ketebalan endapan 2 – 5 meter disisi lereng dan 15
– 100 meter di dalam lembah sungai. Fragmen didominasi oleh bongkah
berukuran 1 – 2 meter terdiri dari batuan andesit dengan struktur kerak
roti dan masif. Matrik yang belum terdekomposisi berupa andesit, lapili, dan
abu halus, berukuran lempung – kerakal (< 1/256 mm – 256 mm) yang didominasi
material pasir vulkanik. Endapan yang terbentuk pada lereng tengah –
lereng kaki dengan kelerengan curam – sedang, kemiringan lereng 10
– 30 %. Distribusi endapannya pada lereng tengah dominan ke sebelah barat
Sungai Gendol meliputi Dusun Jambu dan Dusun Kaliadem bagian selatan dengan
jarak 50 meter dari bibir sungai (LP 19 dan LP 20). Endapan terjauh
terbentuk pada kelerengan landai – sedang dengan kemiringan lereng < 20 %,
pada morfologi lereng tengah – lereng kaki dengan kondisi sungai relatif miring
– datar. Distribusi endapannya lebih dominan pada lereng bagian kaki di
sisi sebelah timur Sungai Gendol dengan jarak radius 50 – 150 meter sampai ke
Desa Wukirsari meliputi Dusun Gondang Pusung bagian timur, Dusun Ngepringan
bagian timur dan Dusun Gungan Srodoan bagian timur. Distribusi endapan di
sebelah barat Sungai Gendol dengan jarak radius 100 – 200 meter di Desa
Argomulyo meliputi Dusun Bronggang bagian barat, Dusun Bakalan bagian barat,
Dusun Gadingan bagian barat, Dusun Wonokerso bagian barat dan Dusun Plumbon
bagian barat; Desa Glagaharjo meliputi Dusun Ngancar bagian barat.
Endapan piroklastik aliran di Sungai
Gendol disebabkan erupsi Gunung Merapi karena robohnya dome lava dan menyebabkan terbukanya kawah di bagian selatan dan
menyebabkan aliran piroklastik menuju Sungai Gendol. Pada saat erupsi, angin
menunjukkan arahnya menuju barat, sehingga tidak ditemukan endapan jatuhan debu
volkanik di atas endapan piroklastik aliran.
Berikut
adalah gambar-gambar Sungai Gendol setelah erupsi Gunung Merapi.
Gambar 4. Sungai Gendol 29 Oktober 2010
(Sumber: http://mountmerapi.net)
Gambar 5. Sungai Gendol 14 November 2010
(Sumber: http://mountmerapi.net)
4.3 Bahaya Erupsi
Bahaya dari erupsi gunung api dapat dibagi menjadi 2,
yaitu:
1.
Bahaya Primer
Bahaya primer merupakan bahaya yang ditimbulkan
langsung pada saat erupsi gunung api. Bahaya-bahaya tersebut diantaranya aliran
lava, aliran piroklastik, awan panas, bahan jatuhan dan gas beracun. Bahaya
primer selama letusan Gunung api Merapi terbesar adalah aliran piroklastik.
Aliran ini terdiri dari gas vulkanis panas, abu dan batu yang turun dengan
cepat dan menerjang dengan kasar. Kecepatan rata-rata jatuhan adalah 150 Km per
jam. Aliran Piroklastik ini biasanya diatur oleh sistem medan yaitu menjadi
aliran yang kuat jika terfokus pada lembah sungai (terpengaruh gaya gravitasi)
dan melebar pada daerah yang lapang.
Wilayah
kerusakan yang terdampak oleh piroklastik aliran meliputi : Dusun Kaliadem,
Dusun Jambu bagian timur, Dusun Kopeng bagian timur Desa Kepuharjo, Dusun Srodoan dan Dusun Gungang, Desa
Wukirsari, Dusun Bronggang, Dusun Bakalan, Dusun Gadingan, Dusun Banaran, Dusun
Jiwan, Desa Argomulyo, Dusun Singlar bagian barat, Dusun Glagah Malang bagian
barat, Dusun Banjarsari, Dusun Nganclagaharjar, Desa Glagaharjo.
2.
Bahaya Sekunder
Bahaya
Sekunder merupakan bahaya tidak langsung yang menyebabkan dampak lanjutan
kegiatan erupsi khususnya banjir lahar dingin. Lahar dingin merupakan aliran
sedimen pekat yang terdiri atas batu, kerikil, pasir serta abu vulkanik yang
tercampur air. Proses terbentuknya karena material piroklastik yang berguguran
di lereng Merapi terkena air hujan sehingga menyebabkan jatuh ke permukaan bumi
dan menggulung material permukaan yang dilewatinya. Material gulungan dan
piroklastik itu tertransport dan diendapkan di lembah-lembah / sungai, serta
mengalir layaknya banjir. Berdasarkan
peta zonasi ancaman banjir lahar dingin yang didasarkan pada
buffer zone 300 dan 500 meter sepanjang sungai yang hulunya di lereng Gunung
Merapi bagian barat hingga tenggara,
Sungai Gendol merupakan salah satu daerah yang termasuk dalam zona banjir lahar
dingin.
BAB V
KESIMPULAN
Erupsi
Gnung Merapi Tahun 2010 dimulai pada 26 Oktober kemudian 30 Oktober, sementara
itu erupsi hebat terjadi secara berturut-turut pada 3, 4 dan 5 November.
Material piroklas sebagian besar jatuh ke Sungai Gendol dengan jangkauan
maksimum 15 km dari puncak.
Di
lembah Sungai Gendol terdapat 4 sikuen endapan piroklastik aliran dan 2 sikuen
endapan pyroclastic surge tetapi
tidak ditemukan endapan piroklastik jatuhan.
Dengan
kecepatan aliran 150 km per jam dengan terdiri dari gas
vulkanis panas, abu dan batu, aliran
piroklastik merupakan bahaya primer terbesar.
DAFTAR
PUSTAKA
Bronto, S., Muzani, M., Putra, R., Sayudi, D. S.,
2012. Stratigraphy of The 2010
Pyroclastic Deposits at Gendol River, Merapi Volcano, Yogyakarta. Proceeding PIT IAGI Yogyakarta 2012, The 41st IAGI Annual Convention and Exhiition. Hal 10-11.
Endarto,D.,
2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta: LPP UNS dan UNS
Press. Hal 47-60.
Petrasawacana,
2011. Rekonstruksi Akses dan Kontrol
Lahan Terhadap Penghidupan Masyarakat Pasca Bencana Erupsi Gunung Merapi 2010.
Penelitian
Tesis S2 Ilmu Lingkungan, Universitas Gadjah Mada. Dipresentasikan Dalam
Konfrensi Nasional PRBBK VII di Shelter Gondang I, Desa Wukirsari, Desember
2011.
Anonim, _ . Pengenalan Gunung api. Volcanological
Survey of Indonesia. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
Bronto, S., 2006. Fasies Guung Api dan Aplikasinya. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006:
59-71.
Subandriyo, _ . Sejarah Erupsi Gunung Merapi dan Dampaknya
Terhadap Kawasan Borobudur. _ : _.
http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2011/01/28/135521/Mewaspadai-Bahaya-Sekunder-Merapi. Diakses
7 November 2012 22:50 WIB.
http://museum.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=category&id=37&layout=blog&Itemid=32. Diakses 7 November 2012 22:50 WIB.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment