menuju seorang geologist

Friday 18 May 2012

GEOPARK RINJANI


Sampai saat ini, belum satupun kawasan geologi di Indoneia yang ditetapkan sebagai geopark. Padahal hingga saat ini diseluruh dunia telah terdapat 66 kawasan yang telah ditetapkan oleh UNESCO  sebagai geopark yang  tersebar di 20 negara.  Hal ini tentunya tertinggal jauh dengan negara-negara lain seperti Malaysia dengan pulau Langkawi yang telah ditetapkan sebagai geopark dunia sejak 2007. Bahkan China telah mempunyai 22 geopark dan Jepang mempunyai 3 geopark.
Indonesia sebenarnya telah berencana untuk mengajukan 3 kawasan geologi sebagai geopark dunia sejak 2008 silam. Ketiga kawasan geologi yang diusulkan kepada UNESCO sebagai geopark itu yaitu Taman Nasional Gunung Rinjani di Pulau Lombok, Gunung Batur di Kintamani, Bali, dan Kawasan Karst Pegunungan Sewu di Pacitan, Jawa Timur.
Taman Nasional Gunung Rinjani terdapat di Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Timur dengan pesona Gunung Rinjani (3.276 mdpl) sebagai gunung api tertinggi kedua di Indonesia dan Danau Segara Anakan yang terdapat di ketinggian 2.010 meter dpl.
Usulan tentang TNGR menjadi geopark yang disampaikan pada awal 2010 terancam terpental dari calon geopark dunia karena dokumen teknis sebagai berkas pendukungnya belum lengkap. TNGR merupakan kawasan yang akan diperjuangkan menjadi geopark. Berdasarkan rekomendasi seminar geologi di Bandung, perlu dibentuk Komite Nasional Pengajuan Usulan Geopark yang melibatkan berbagai unsur terkait dan komite nasional itu akan memperjuangkan penetapan geopark dunia dan penetapan geopark nasional Indonesia. TNGR diusulkan menjadi calon geopark dunia ke UNESCO karena memiliki sedikitnya lima hal pokok untuk menjadi geopark global. Kelima hal pokok itu adalah pertama, Gunung Rinjani memiliki nilai-nilai warisan geologi penting dari aspek kegunungapian, situs warisan alam berupa kaldera, kerucut-kerucut gunung api muda, lapangan solfatara, mata air panas, dan bentangan lainnya yang mempunyai nilai estetika tinggi seperti air terjun. Kedua, situs-situs geologi gunung api mempunyai makna bagi pengembangan ilmu pengetahuan kebumian dan pendidikan. Ketiga, Gunung Rinjani telah mempunyai badan pengelola, yakni Rinjani Tracking Manajemen Board (RTMB), yang melibatkan warga lokal setempat secara aktif. Keempat, penyelenggara pariwisata berbasis geologi yang telah banyak memberi manfaat berupa pertumbuhan ekonomi lokal melalui jasa pemandu, penginapan, rumah makan, transportasi, dan penjualan cendera mata. Kelima, sebagai bentuk keberhasilan pengembangan pariwisata karena Gunung Rinjani telah memperoleh tiga penghargaan internasional yakni "World Legacy Award" untuk kategori "Destination Stewardship" dari "Conservation International and National Geographic Traveler" 2004, finalis "Tourism for Tomorrow Award" masing-masing tahun 2005 dan 2008.
Kini, berbagai berkas pendukung telah terhimpun dan akan segera diajukan ke Komite Nasional Pengajuan Usulan Geopark, paling lambat akhir 2012 berkas-berkas itu sudah sampai di UNESCO. Pembenahan semaua akses ke Rinjani akan segera dilakukan, pembenahan berupa bersih-bersih lingkungan, pembenahan akses jalan pendakian, juga akan dilakukan intervensi agar terpenuhi standar keamanan, kenyamanan dan keselamatan pendakiannya.
Hasil pangkajian dan konsultasi tim Geopark Rinjani serta pantauan tim Kementerian Pariwisata dan Kementerian ESDM, diputuskan penggantian nama Geopark Rinjani menjadi Geopark Lombok dengan pertimbangan banyaknya kawasan-kawasan unik yang bisa menopang kawasan Rinjani. Geopark Lombok akan mencakup Biodiversifikasi (Flora dan Fauna), Biokultur (kultur masyarakat) dan Geologinya. Salah satu acuan kenapa dijadikan Geopark Lombok, dasarnya yakni ada keunikan dari bentukan geologi kawasan rinjani dan proses pembentukan geologi juga cukup unik. Keunikan itu masih tertinggal dan dapat dilihat dari singkapan-singkapannya.  Dasar pemikiran selanjutnya, karena kawasan itu juga sebagai kawasan wisata, maka jika kawasan Rinjani atau TNGR saja yang dimanfaatkan akan sulit dan tidak memenuhi sebagai kawasan geopark.
Karena TNGR sebagai kawasan lindung, sehingga tidak ada peluang untuk memanfaatkan secara leluasa karena terbentur pada aturan kehutanan dan dibatasi pemanfaatannya untuk pariwisata dan segala macam bentuk eksploitasi lain.
Sehingga kalau dikaitkan dengan wisata, maka tidak hanya melihat dan terbatas pada kawasan rinjani yang unik tapi kawasan lainnya menjadi kawasan pintu masuk dan bisa mendukung kawasan Rinjani. Inti kawasanya adalah Rinjani tapi didukung kawasan lain yang bisa menumbuhkan perekonomian masyarakat dari memanfaatkan keunikan itu.


Sumber:

No comments:

Post a Comment