menuju seorang geologist

Thursday 18 October 2012

NIKEL LATERIT

 Batuan induk dari nikel laterit adalah Peridotit. Peridotit terbentuk di lingkungan lempeng samudera yang akan kaya mineral berat besi, nikel, kromit, magnesium dan mangan. Keberadaannya di permukaan disebabkan oleh lempeng benua Pasifik yang terangkat ke daratan oleh proses obduksi dengan lempeng benua Eurasia, yang kemudian “disebarkan” oleh sesar Sorong (Katili, 1980) sebagai pulau-pulau kecil di berada di kepulauan Maluku. Pelapukan akan menguraikan batuan ultrabasa tersebut menjadi mineral terlarut dan tak terlarut. Air tanah melarutkan karbonat, kobalt dan magnesium, serta membawa mineral besi, nikel, kobalt, silikat dan magnesium silikat dalam bentuk koloid yang mengendap. Endapan kaya nikel dan magnesium oksida disebut krisopas, dan cebakan nikel ini disebut saprolit. Proses pelapukan peridotit akan menghasilkan saprolit, batuan yang kaya nikel. Pelapukan ini terjadi di sebagian kepulauan Maluku, antara lain di pulau Gag, Buton dan Gebe (Sudrajat, 1999).
Laterit; later, artinya bata (membentuk bongkah-bongkah yang tersusun seperti bata berwarna merah). Buchanan; subsoil yang mengeras karena tersingkap atau kontak dengan atmosfer. Ollier, 1969; Soil di daerah tropis dengan horizon konkresi besi oksida, yang dalam keadaan normal berwarna merah.
Endapan nikel laterit merupakan hasil pelapukan lanjut dari batuan ultramafik pembawa Ni-Silikat. Umumnya terdapat pada daerah dengan iklim tropis sampai dengan subtropis. Pengaruh iklim tropis di Indonesia mengakibatkan proses pelapukan yang intensif, sehingga beberapa daerah di Indonesia bagian timur memiliki endapan nikel laterit. Proses konsentrasi nikel pada endapan nikel laterit dikendalikan oleh beberapa faktor yaitu, batuan dasar, iklim, topografi, airtanah, stabilitas mineral, mobilitas unsur, dan kondisi lingkungan yang berpengaruh terhadap tingkat kelarutan mineral. Dengan kontrol tersebut akan didapatkan tiga tipe laterit yaitu oksida, lempung silikat, dan hidrosilikat.

Laterisasi; proses pelapukan kimia pada kondisi iklim yang lembab (tropis) yang berlangsung pada waktu yang lama dengan kondisi tektonik yg relative stabil, membentuk formasi lapisan regolith yang tebal dengan karakteristik yang khas, but and zeegers, 1992).
Penelitian ini lebih ditekankan pada mineralogi endapan nikel laterit, karakteristik dan tipe endapan nikel laterit di Pulau Pakal, dan hubungan spasi pemboran dari bentuk profil laterit. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah pengambilan sampel di lapangan, deskripsi dan preparasi sampel di laboratorium, analisis mineralogi dengan XRD dan sayatan tipis, serta pembuatan profil laterit.
Berdasarkan perbandingan hasil deskripsi sampel di lapangan secara megaskopis dan di laboratorium dengan bantuan mikroskop binokuler diperoleh perbedaan penentuan horizon yang tidak terlalu signifikan (relative identik). Berdasarkan rekapitulasi analisis XRD didapatkan 15 kelompok mineral yang didominasi oleh kelompok mineral serpentin sehingga nikel laterit di daerah studi diperkirakan tipe endapan laterit hidrosilikat.
Jika diurutkan berdasarkan masing-masing horizon endapan laterit maka pada bagian top soil didominasi oleh mineral-mineral silika, pada zona Limonit didominasi oleh kelompok mineral hidroksida, pada zona saprolit atas didominasi oleh kelompok mineral serpentin dan hidroksida, serta pada zona Saprolit bawah didominasi oleh kelompok mineral serpentin dan mika.
Berdasarkan analisis petrografi pada sayatan tipis diketahui bahwa mineralogi penyusun bedrock adalah olivin dan ortopiroksen serta mineral-mineral hasil ubahan berupa serpentin sehingga dapat dapat diklasifikasikan sebagai batuan hazburgit.


Profil laterit (PT.Vale Indonesia, 2011)

Perkembangan profil laterit; dipengaruhi oleh:
  1. Iklim; curah hujan menentukan jumlah air hujan yang masuk ke tanah sehingga mempengaruhi intensitas pencucian dan pemisahan komponen-kompenen yang larut.
  2. Topografi; relief dan geometri lereng akan mempengaruhi pengaliran air, jumlah air yang masuk ke dalam tanah, dan level muka air tanah
  3. Drainase; mempengaruhi pasokan jumlah air untuk pencucian (leaching) dari seluruh area sekitarnya.
  4. Tektonik; pengangkatan tektonik akan meningkatkan erosi pada bagian atas profil, meningkatkan relief topografi dan menurunkan muka air tanah. Kestabilan tektonik mendukung pendataran topografi (planation) topografi dan memperlambat gerakan air tanah
  5. Tipe batuan induk; komposisi mineral menentukan tingkat kerentanan batuan terhadap pelapukan dan ketersediaan unsure-unsur untuk rekombinasi pembentukan mineral baru.
  6. Struktur; patahan dan kekar memungkinkan bagi peningkatan permeabilitas bedrock, sehingga meningkatkan potensi terjadinya alterasi.

1 comment: