menuju seorang geologist

Wednesday 20 February 2013

TEORI GEOSINKLIN



Teori geosinklin muncul pertengahan abad 18, Teori ini dikonsep oleh Hall pada tahun1859 yang kemudian dipublikasikan oleh Dana pada tahun 1873. Teori ini bertujuan untuk menjelaskan terjadinya endapan batuan sedimen yang sangat tebal, ribuan meter dan memanjang seperti pada Pegunungan Himalaya, Alpina dan Andes.

Teori ini menyatakan bahwa geosinklin terbentuk memanjang atau seperti cekungan dalam skala ribuan meter, yang terus menurun akibat dari akumulasi batuan sedimen dan volkanik, suatu daerah sempit pada kerak bumi mengalami depresi selama beberapa waktu sehingga terendapkan secara ekstrem sedimen yang tebal. Proses pengendapan ini menyebabkan subsidencae (penurunan) pada dasar cekungan. Endapan sedimen yang tebal dianggap berasal dari sedimen akibat proses orogenesa yang membentuk pengunungan lipatan dan selama proses ini endapan sedimen yang telah terbentuk akan mengalami metamorfosa.

Terdeformasinya batuan di dalamnya dapat dijelaskan sebagai akibat dari menyempitnya cekungan, sehingga batuan di dalamnya terlipat dan tersesarkan. Pergerakan ini terjadi akibat adanya gaya penyeimbang atau isostasi.

Konsep geosinklin oleh geologist Amerika
-         - Di suatu ketebalan sedimen, sedimen yang ditemukan pada zona laut dangkal akan mencirikan terdapatnya  suatu cekungan (geosinklin)
-     - Pengendapan supply sedimen pada geantiklin (sebelah geosinklin) mengikuti rata-rata jumlah sedimentasi yang terendapkan pada cekungan tersebut
-          Geosinklin berada pada daerah marginal sampai dengan continent

Konsep geosinklin oleh geologist Eropa
-              Menjelaskan terjadinya sedimen pada zona laut dalam dan menyimpulkan bahwa geosinklin
                        merupakan daerah yang dalam, berupa cekungan yang relatif memanjang
-              Sulit terjadi kesetimbangan pada sistem pengendapan di geosinklin, dan sejarah serta durasi dari geosinklin bergantung pada rata-rata relatif dari penurunan cekungan dan sedimentasi

Kelemahan dari teori ini yakni tidak bisanya menjelaskan asal-usul vulkanik. Pada intinya, golongan ilmuwan menganggap bahwa gaya yang bekerja pada bumi merupakan gaya vertical. Artinya, semua deformasi yang terjadi diakibatkan oleh gaya utama yang berarah tegak lurus dengan bidang yang terdeformasi. 

       Pada tahun 1960-an terkumpul berbagai macam data yang memperlihatkan bahwa benua itu berpindah. Sejak itu berkembanglah teori tektonik lempeng. Tektonik lempeng menjelaskan hubungan antara deformasi lapisan luar bumi skala besar dengan pergerakan lempeng/plates diatas material yang plastis. Teori ini berprinsip bahwa gaya utama yang bekerja pada bumi adalah gaya lateral sedangkan gaya vertical juga ikut bekerja namun bukan gaya utamanya.



Sumber: