menuju seorang geologist

Tuesday 30 October 2012

ENDAPAN SEDEX


SEDEX (sedimentary exhalative) adalah suatu jenis endapan sulfida masif yang berasosiasi dengan batuan sedimen.
Sulfida masif terbentuk dari hasil presipitasi larutan hidrotermal yang dialirkan ke dasar laut melalui suatu saluran (“vent”). Saluran ini berupa zona yang memotong bagian bawah perlapisan batuan sedimen (“footwall”) dan memasuki horizon sulfida masif diatasnya.
Sedimentary Exhalative sulphide (SEDEX) merupakan endapan melensa stratabound masif suldifa kecil (0.5 km) terbentuk oleh bukaan sistem hidrotermal bawah laut dari air saturasi tinggi melapisi cekungan punggungan epikontinental dan intrakontinental selama ekstensi berlangsung.
SEDEX ditambang untuk diambil Zn dan Pb, namun pirit dan pirhotit seringkali menjadi sulfida dominan. SEDEX terdiri dari perlapisan (layers) sulfida masif yang interbedded dengan perlapisan batuan sedimen termasuk sedimen kimia seperti rijang, barit dan karbonat serta sedimen klastik seperti lanau, mudstone dan argilit, dimana pegendapannya terjadi di dasar laut.
Mineralisasi sulfida terbentuk ketika fluida hidrotermal yang kaya logam melewati sedimen induk dan menggantikan pirit hasil tahap awal diagenesa.
sirkulasi air laut masuk kedalam kerak dan berinteraksi dengan host rock batuan sediment (Russel , et. al., 1981 digambar ulang dalam modul praktikum endapan mineral teknik geologi ITB), , contoh pada tatanan intracratonic.
 


















sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Sedimentary_exhalative_deposits

ENDAPAN VHMS


Endapan VHMS atau volcanic hosted massif sulphide yang dikenal juga dengan nama endapan volcanic-associated, volcanic-hosted, dan volcano-sedimentary-hosted massive sulphide adalah endapan sulfida logam dasar yang terdapat di sekuen vulkanik submarin. Endapan bijih ini memiliki kadar sulfida sangat tinggi sampai mencapai 95% sulfida dari setiap endapan bijihnya. Endapan VHMS biasanya terjadi sebagai lensa polymetallic masif sulfida yang terbentuk pada atau dekat dasar laut di lingkungan vulkanik bawah laut. Endapan ini terbentuk dari cairan logam diperkaya terkait dengan konveksi hidrotermal dasar laut. Host endapan ini dapat berupa batuan vulkanik atau batuan sedimen. Endapan VHMS merupakan sumber utama Zn, Cu, Pb, Ag, dan Au, dan sumber yang signifikan untuk Co, Sn, Se, Mn, Cd, In, Bi, Te, Ga, dan Ge.
Endapan VHMS berhubungan erat dengan kegiatan vulkanik bawah laut. Larutan hidrotermal yang berperan sangat dipengaruhi oleh fluida magmatis serta aliran air laut yang masuk ke dalam sistem hidrotermal. Fluida meteorik berasal dari air laut yang mempunyai karakter kimiawi tertentu dengan komposisi tinggi kadar klorida dan sulfat. Karena merupakan percampuran antara fluida magmatis dan air laut mengakibatkan fluida mineralisasi mempunyai salinitas tinggi (umumnya 5-20 wt%NaCl eq.) dengan tingginya kadar sulfida & sulfat
Tahapan-tahapan mineralisasi endapan VHMS sebagai berikut :
1. Air laut meresap melalui rekahan yang terbentuk di lantai samudera
2. Fluida tersebut dipanaskan oleh batuan bagian dalam yang melebur pada kerak samudera sampai ketinggian temperatur setinggi 400°C
3. Fluida yang panas perlahan naik ke permukaan
4. Lalu memancar ke permukaan dan terbentuklah black smoker
Proses urat hidrotermal ini menghasilkan 2 tipe proses geologi, yaitu black smoker dan white smoker.
Black smoker
White smoker
mempunyai suhu lebih dari 3600 C
memiliki suhu antara 260-3000 C.
endapan mineral: pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), anhidrit (CaSO4)
endapan mineral: pirit (FeS2), sphalerit (ZnS)
mineral yang dihasilkan yaitu mineral sulfida
kaya akan zinc

Terdapat tipe-tipe endapan VHMS di dunia ini berdasarkan pada litologi footwall dan sistem geotektonik :
1. Cyprus type: berhubungan dengan tholeiitic batuan basalt dalam sekuen ofiolit(back arc spreading ridge),
e.g. Troodos Massif (Siprus).
2. Besshi-type: berasosiasi dengan lempeng vulkanik dan turbidit kontinental, e.g. Sanbagwa (Jepang).
3. Kuroko-type: berasosiasi dengan batuan vulkanik felsik terutama kubah rhyolite (back arc rifting), e.g. Kuroko deposits (Jepang).
4. Primitive-type : berasosiasi dengan differensiasi magma, e.g Canadian Archean rocks.
Mineralogi ubahan & Urat:
1. Mineral sulfida dominan : pirit, pirhotit, markasit, arsenopirit,kalkopirit, sfalerit, galena
2. Mineral sulfat : barit, anhidrit
3. Mineral lempung : smektit, illit, serisit (temperatur meningkat)  
4. lain-lain : kuarsa, klorit, albit; zeolit terbentuk pada bagian yang lebih dingin
Zonasi Alterasi/Ubahan รจ Penyebaran logam yang radial (dari bagian dalam) yaitu: zone Fe-rich (kondisi lebih panas) berturut-turut kemudian zone Fe-Cu, Cu-Pb-Zn, hingga zone  Pb-Zn- Ba dibagian luar dan lebih dingin.  

sumber: http://phiin.wordpress.com/2010/10/11/20/

Monday 22 October 2012

HUKUM-HUKUM STRATIGRAFI

1.  Uniformitarianisme (James Hutton, 1785)
The Present is the key to the past.” (James Hutton, 1785),
proses-proses geologi di alam yang terlihat sekarang ini dipergunakan sebagai dasar pembahasan atau sebagai kunci untuk mengetahui proses geologi di masa lampau.
Uniformitarianisme adalah peristiwa yang terjadi pada masa geologi lampau dikontrol oleh hukum-hukum alam yang mengendalikan peristiwa pada masa kini.

2.   Original Horizontality (Nicolas Steno, 1669)
Sedimen yang baru terbentuk cenderung mengikuti bentuk dasarnya dan cenderung untuk mengarah secara horizontal

3.  Superposisi (Nicolas Steno, 1669)
Dalam keadaan yang tidak terganggu, lapisan paling tua akan berada dibawah lapisan yang lebih muda. Hal ini secara logis dapat dijelaskan bahwa proses pengendapan mulai dari terbentuknya lapisan awal yang terletak di dasar cekungan, selanjutnya ditutup oleh lapisan yang terendapkan kemudian, yang tentu lebih muda dari ditutupinya.
4.  Cross Cutting Relationship (A.W.R Potter & H. Robinson)
Hukum ini menyatakan bahwa “Batuan yang terpotong mempunyai umur geologi yang lebih tua daripada yang memotong.” Apabila terdapat penyebaran lapisan batuan di mana salah satu dari lapisan tersebut memotong lapisan yang lain, maka satuan batuan yang memotong umurnya relatif lebih muda dari pada satuan batuan yang di potongnya.

5.  Faunal Succesion (Abble Giraud-Soulavie, 1778)
Fosil (fauna) akan berbeda pada setiap perbedaan umur geologi, fosil yang berada pada lapisan bawah akan berbeda dengan fosil di lapisan atasnya.
Fosil-fosil yang dijumpai pada perlapisan batuan secara perlahan mengalami perubahan kenampakan fisiknya (akibat evolusi) dalam cara yang teratur mengikuti waktu geologi. Demikian pula suatu kelompok organisme secara perlahan digantikan oleh kelompok organisme lain. Suatu perlapisan tertentu dicirikan oleh kandungan fosil tertentu. Suatu perlapisan batuan yang mengandung fosil tertentu dapat digunakan untuk koreksi antara suatu lokasi dengan lokasi yang lain.

6.  Lateral Continuity (Nicolas Steno, 1669)
Pengendapan lapisan batuan sedimen akan menyebar secara mendatar, sampai menipis atau menghilang pada batas cekungan dimana ia diendapkan.

7.  Law of Inclusion
Suatu tubuh batuan yang mengandung fragmen dari batuan yang lain selalu lebih muda dari tubuh batuan yang menghasilkan fragmen tersebut. Law of Inclusion terjadi bila magma bergerak keatas menembus kerak, menelan fragmen-fragmen besar disekitarnya yang tetap sebagai inklusi asing yang tidak meleleh. Jadi jika ada fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu perlapisan batuan, maka perlapisan batuan itu terbentuk setelah fragmen batuan. Dengan kata lain batuan/lapisan batuan yang mengandung fragmen inklusi lebih muda dari batuan/lapisan batuan yang menghasilkan fragmen tersebut.

8.  Komplelsitas
Kondisi tektonik yang lebih kompleks menunjukkan bahwa telah terjadi gangguan tektonik lebih dari satu kali pada daerah tersebut. Hal ini menunjukkan daerah tersebut berumur lebih tua dibandingkan dengan lapisan batuan yang berstruktur lebih sederhana.

9.  Hukum “V”
Pola penyebaran singkapan batuan dipengaruhi oleh kemiringan lapisan batuan dan topografi. Hubungan antara kemiringan lapisan batuan dan topografi daerah dirumuskan dengan Hukum “V”

10.  Sostasi
Yaitu diferensiasi berdasarkan kerapatan jenis. Massa jenis yang lebih berat berada di bagian bawah, sedangkan yang lebih ringan berada di bagian atas.

11. Strata Identified by Fossils (Smith, 1816)
Perlapisan batuan dapat dibedakan satu dengan yang lain dengan melihat kandungan fosilnya yang khas.

12. Facies Sedimenter (Selley, 1978)
Suatu kelompok litologi dengan ciri-ciri yang khas yang merupakan hasil dari suatu lingkungan pengendapan yang tertentu. Aspek fisik, kimia atau biologi suatu endapan dalam kesamaan waktu. Dua tubuh batuan yang diendapakan pada waktu yang sama dikatakan berbeda fasies apabila kedua batuan tersebut berbeda fisik, kimia atau biologi (S.S.I.)



sumber: http://kelompok5stratigrafi.wordpress.com/2011/10/30/hukum-hukum-stratigrafi/